Jumat, 31 Oktober 2014

Aplikasi Validasi EMIS 2014/2015 Melebihi Kepanikan Update Siap Padamu Negeri

dekstop aplikasi EMIS 

DUNIA  maya menjadi alam baru bagi kehidupan komunitas anak manusia. Awal Tahun 200-an sebagian besar kalangan menuding dunia maya sebagai perusak moral. Generasi mereka dilarang memasuki warung internet. Kuatir anak-anak larut dengan dunia maya dapat merusak mental dan pendidikan.

Game online dan berbagai fasilitas jejaring sosial, facebook, twitter, badoo dan lain-lain dianggap bukan hanya merusak anak-anak sekolah, tapi turut sebagai pemicu percekcokan rumah tangga, bahkan ribuan kasus perceraian terjadi akibat pergaulan dan pergulatan dunia maya.

Tak ketinggalan kaum edukasi juga acuh dengan penguasaan akses dunia maya itu. Bahkan membatasi anak-anak mereka bergaul di dunia maya.
Pergaulan dan komunikasi di dunia maya dianggap sebagai kemunduran moral dan mental. Nyatanya modal komunikasi dunia maya ternyata sebanding, bahkan lebih mahal di banding modal pergaulan di dunia nyata.

Modal dimaksudkan itu adalah, pengetahun terhadap penggunaan perangkat, pembiayaan terhadap kepemilikan jaringan teknologi internet. Kalangan yang alergi terhadap perhelatan dunia maya disebut gagap teknologi (gaptek). Bahkan banyak yang mengaku bangga dijuliki sebagai gaptek. Ironis, ketika yang bangga dengan julukan gaptek itu kalangan pendidik. Alasannya dia sudah tua.
<-- --="" selengkapna="">

Tiga tahun terakhir, para guru bahkan Kepala dan penyelenggara sekolah berubah panik. Mau-tidak mau, pengelolaan pendidikan harus terlibat manajemen dunia maya.
Problema mendasar adalah gaptek dan keterbatasan dana. Setidaknya, dalam dua tiga tahun terakhir, pengelola pendidikan harus akrab dengan Siap Id, sebuah web layanan sistem transaksi online Siap Padamu Negeri di http://padamu.siap.web.id yang dikelola Kemendikbud untuk mendukung program Pemetaan Mutu Pendidikan Nasional.
Web ini menjadi dunia login pendidik, tenaga kependidikan, siswa bahkan orangtua untuk mengontrol keaktifan anak-anak mereka. Dari Web ini pendidik dan tenaga kependidikan mendapatkan Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) kepemilikan wajib bagi kaum pendidik.

Kemudian web Education Management Information System (EMIS) di alamat http://emispendis.kemenag.go.id dikelola Kementerian Agama sebagai basis pendataan perkembangan madrasah se Indonesia. Web ini diakses login pengelola sekolah untuk menginput data pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, sarana dan prasarana sekolah bahkan alumni.

Setidaknya, dua web dunia maya ini jelas-jelas membuat panik para kaum penyelenggara sekolah, khususnya sekolah swasta yang tergolong belum besar alias sedikit siswa.
Jika dua web wajib itu dikelola dengan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) yang ada, kendalanya keterbatasan pengetahun para personel yang ada alias gaptek. 

Jika dikelola operator yang disewa khusus, kendalanya keterbatasan pendanaa yang ada di sekolah.
Belum lagi, menjadi persoalan rumit dan pelik akses kepada dua Web itu ketika orang yang depercayakan untuk login merajuk, atau meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang jelas, mungkin kemacatan upah jasa operator.

Fakta membuktikan, ketika penegasan update data berbasis dunia maya pada web EMIS setahun terakhir, utusan masing-masing sekolah yang datang di kantor Kemenag kelihatan lebih banyak yang bingung  alias gaptek daripada yang memahami. Antrian panjang di seksi Kemenag yang mengurusi madrasah hingga malam hari karena ketetapan deathline.


Lebih parah, pemberlakuan teknis kerja baru oleh pengelola web pada aplikasi EMIS, yang mengalami perubahan dari sekadar penyerahan hard copy (print out) dan soft copy (CD) data sekolah ke Seksi madarasah di kantor Kemenag yang pada tahun 2014 ditambahi satu program backup data menggunakan WinRAR archive (.rar) yang harus diisi secara manual. 

Semua ini membuat panik pengelola sekolah yang gaptek. Selama ini hanya ‘memelihara’ tenaga yang juga gaptek, di balik keterbatasan dana pengelolaan sekolah sehingga tak sanggup menyewa jasa operator. Maruli Agus salim|Jurnalis di Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar