Gedung RA Nabila Hafsah. Foto|dokumen |
Menurut Alumni Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatera Utara dan Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Sumatera (STAIS) ini, kegiatan Wisuda memang sebuah serimonial, namun tak boleh dianggap sepele oleh orangtua santri. diyakini dapat membangun psikologi santri secara positif bagi rasa percaya diri bahwa dianya telah berhasil menjalani pendidikan dini di RA, dan siap berkompetisi di Sekolah Dasar (SD) maupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Dikatakan, bekal pengetahuan yang diperoleh santri di RA cukup membantu bagi kesiapan anak didik memasuki bangku SD maupun MI serta membuat guru mereka di sekolah tidak terlalu repot. “Khususnya dalam mengajarkan Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan pengetahuan Agama Islam,” jelas Nurhafsah Ritonga.
RA Nabila Hafsah yang diselenggarakan Yayasan Intelektual Muda (YIM) di Jl Masjid, Komplek Griya Nabila 2, Desa Kolam, Kecamatan Percut Seituan, Deliserdang, Sumatera Utara binaan Maruli Agus Salim sejak Tahun 2010 itu terus berkomitmen dan konsern membekali santrinya sehingga mampu berkompetisi di SD maupun MI nantinya. “Bahkan untuk mengikuti seleksi ujian masuk yang dikenal ketat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di wilayah Kankemenag Kota Medan, para lulusan Nabila Hafsah juga siap bertarung,” katanya.
Nurhafsah Ritonga akhirnya mengucapkan Selamat Wisuda bagi lulusan angkatan VII RA Nabila Hafsah, semoga ilmu pengetahuan yang diperoleh menjadi bekal yang cukup di sekolah tingkatan berikutnya. Dalam kesempatan itu, Nurhafsah Ritonga juga mengatakan, RA yang dipimpinnya telah membuka masa pendaftaran bagi calon santri untuk TP 2017-2018 hingga Juni mendatang, dengan biaya yang relatif terjangkau sehingga anak-anak yang sudah cukup usia tidak ditunda oleh orangtuanya untuk bersekolah.
Taman Hewan Siantar
Wisudawan, orangtua dan keluarga juga telah menjadualkan ‘plesiran’ ke Taman Hewan Pematangsiantar pada Minggu 21 Mei 2017. Tujuannya untuk menjalin silaturrahim antar keluarga besar RA Nabila Hafsah.
“Di RA Nabila Hafsah, guru-guru mengajarkan apa yang dikatakan dengan transportasi. Bagaimana jenis-jenis hewan, unggas dan pentingnya hutan atau pohon serta tumbuhan bagi hewan dan burung-burung. Pentingnya mengasihi hewan, dan lain-ain,” kata Nurhafsah Ritonga seraya menyebutkan, keberangkatan rekreasi dan perpisahan ke Taman Hewan Pematangsiantar bukan sekadar jalan-jalan yang tak punya makna.
Menurutnya, setiap perjalanan mempunyai makna yang cukup besar, tergantung cara memaknai dan mengambil manfaat dari sebuah perjalanan. “Terkadang ada orangtua yang menganggap program yang dibuat, seperti jalan-jalan kurang bermanfaat atau tidak penting. Mungkin lupa pepatah, banyak berjalan banyak dilihat,” guraunya seraya mengungkapkan, Taman Hewan Pematangsiantar, sebagai terbaik di Indonesia perlu dikunjungi. (red yim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar